Kisah di Balik Gegap Gempita Vote Komodo for New7Wonders


Seruan untuk vote Komodo sebagai New7Wonders sebenarnya sudah saya dengar sejak setahunan yang lalu. Pulau Komodo konon berhasil masuk sebagai finalis pemilihan 7 keajaiban dunia alam yang baru. Waktu itu kemenbudpar sangat gencar mempromosikannya, bahkan berbagai souvenir dengan embel-embel Vote Komodo banyak bertebaran dimana-mana. Kemudian, iseng-iseng saya membuka websitenya. Sebelumnya saya mengira New7WOnders ini adalah prakarsa salah satu badan dunia, entah itu UNESCO atau lembaga intergovernmental di bidang turisme. Eh, ternyata New7Wonders itu bikinan sekelompok orang yang embuh gitu. Mereka bikin foundation dan kemudian bikin polling. Wah, pasti ini cari-cari duit atau popularitas aja nih orang, pikir saya waktu itu. Yang lebih mengherankan lagi adalah kok pemerintah gencar sekali mempromosikan sesuatu yang belum begitu jelas ini. Yang saya maksud belum begitu jelas adalah, apakah orang-orang di luar sana peduli dengan polling yang diadakan lembaga ini? Kalau yang mengadakan misal Nat Geo atau BBC mungkin orang bakal peduli, lha tapi ini apa? Daripada buang-buang duit buat promosi dengan strategi yang tidak jelas, mending pasang iklan aja di pertandingan bola, atau National Geographic Traveler pasti tok cer buat promosi pulau Komodo. Tiba-tiba kampanye ini semakin kuat ketika Jusuf Kalla menjadi duta pulau Komodo. Ramailah kemudian jagat perdiskusian republik indonesia ini, sebagai republik yang gemar berdiskusi bahkan berdebat banyak sekali yang mengolok-olok Vote Komodo for New7WOnders. Kalau saya melihatnya, konyol juga kalau kita berpromosi dengan strategi ikut kompetisi yang tidak jelas dengan peraturan yang berubah-ubah.

Kontroversi berlanjut dengan status pulau komodo yang katanya akan dicoret karena Pemerintah menolak untuk mengakomodir keinginan penyelenggara New7Wonders untuk mengadakan malam penganugrahan di Indonesia. Ada isu pula yang mengatakan bahwa pemerintah dimintai 11 milyar, tetapi ternyata yang minta bukan panitia new7wonders tapi EO yang mau menjalankan promosi untuk Vote Komodo.

Saya sangat merasa sedih dengan gaya promosi pariwisata kita yang tidak strategis. Saya pun hanya sekali vote komodo yaitu pas pertama buka websitenya. Tetapi, tiba-tiba ada wangsit. Wangsit ini datang ketika Simoncelli sang pembalap montor gp meninggal karena kecelakaan, ketika saya membuka twitter, Simoncelli menjadi trending topic. Hal ini wajar, tetapi kita saya buka TT Simoncelli, ternyata sebagian besar isinya orang Indonesia. Bahkan yang diretweet paling banyak juga berita detiksport. Lalu entah kenapa saya merasa malu kalau-kalau Indonesia gagal menjadikan komodo sebagai New7wonders. Apakah kita emang cuma jagoan untuk hal-hal yang tidak penting, tweeting yang tidak jelas macam Ariel, Peterporn, tentang artis korea dan lain-lain tetapi gagal ketika tinggal memvote di Internet atau sms yang hanya seeharga 1 rupiah. Padahal pake twitter juga itungannya mbayar internet kecuali kalo wifi, anda cuma bayar listrik buat ngecas batre anda.

Tetapi sebagai seseorang yang memiliki akal dan rasionalitas saya mikir-mikir juga apa ada alasan lain, akhirnya dari perenungan saya sejak Simoncelli meninggal, berikut ini adalah alasan kenapa kita harus juga ikut Vote Komodo for New7Wonders:

  • Indonesia adalah negara yang seharusnya jagoan, tetapi kenyataanya kita masih sering kalah dan ketinggalan di berbagai bidang. Nah, masak lomba vote yang bisa seenaknya aja kita juga kalah. Bayarnya kalo sms juga cuma serupiah doang masak masih juga kalah. Saya takut lama-lama sebagian dari bangsa ini mulai menikmati rasanya menjadi pecundang, menjadi Bangsa Pecundang dan Pecundang diantara Bangsa-Bangsa. Saya tidak mengatakan memenangkan hal ini adalah sesuatu yang bakal membuat pariwisata kita hebat, tetapi kalau kita bisa menang siapa tahu secara subconscious akan meyakinkan kita bahwa bangsa ini jika berusaha pasti bisa.
  • Dengan mengikuti dan mempromosikan vote Komodo, awareness dan knowledge bangsa ini terhadap komodo dan pulaunya akan semakin meningkat. bayangkan jika dulu ga ada heboh-heboh ini, berapa banyak orang peduli dengan komodo dan strategi pariwisata indonesia pada umumnya.
  • Jika kita menang, ada kemungkinan dunia internasional akan semakin melihat bahwa pasar telekomunikasi di Indonesia sangat besar. Baik dari segi jumlah user maupun aktifitasnya. Siapa tau pabrik hape atau komponen-komponennya akan tertarik untuk bikin pabrik di Indonesia. Yah, anda bisa saja membantah dengan mengatakan “ah, tanpa ini aja mereka tahu kalo pasar telekomunikasi kita potensial”. Tapi kalau saya jadi bosnya soni erikson saya mungkin juga mikir “alah, mbayar sak rupiah nggo voting negorone dewe do ra gelem. Paling do tuku hape nggo pamer tok”. Tetapi karena saya bukan bos soni erikson dan bos soni erikson ga bisa bahasa jawa jadi mungkin saya yang salah.
  • Alasan terakhir, adalah karena saya percaya pada hukum kekekalan energi. Jika kita melakukan sesuatu dengan semangat yang positif dan yakin tidak akan merugikan orang lain maka hal yang positif nantinya juga akan kita dapatkan dari arah yang tidak kita duga-duga. Jika kita vote dengan semangat meningkatkan visibilitas Indonesia di mata dunia, insyaAllah hal itu akan tercapai. Tetapi jika yang kita inginkan hanya berdebat tentang ini penting atau tidak maka yang kita dapatkan adalah perdebatan tok (seperti berbagai macam masalah bangsa sebelumnya yang hanya menjadi bahan perdebatan).

Pada akhirnya, sebagai pria tampan yang ingin memajukan bangsanya. Dengan ini saya menganjurkan anda untuk mulai SMS dengan cara ketik KOMODO kirim ke 9818. Sekali lagi, ketik KOMODO kirim ke 9818. Bagi anda yang telah mengirimkan 50 sms vote komodo (ditunjukan dengan foto atau screenshot) anda dapat beruntung mendapatkan foto saya ukuran 3R yang sudah saya tandatangani. Serius, karena hanya dengan cara inilah saya mahkluk bisa membantu promosi ini. Jika anda berminat silahkan kirim bukti 50 sms vote komodo ke email saya di timur_g_w@yahoo.com dengan subject [VOTE KOMODO].

Jika anda masih merasa vote komodo adalah sesuatu yang tidak berguna sama sekali dan konyol, ya gapapa. Kalo saya sih, mending saya ikut vote. Kalo menang dan ternyata sukses meningkatkan kunjungan wisatawan ke Indonesia ya alhamdulillah. Kalo ternyata ga sukses ya paling tidak kita sudah mencoba. Kalo kata Mario Teguh, cepatlah bertindak, jadi bisa cepat salah dan bisa cepat memperbaiki daripada tidak bertindak dan tidak menghasilkan apa-apa.

Akhir kata, semoga bangsa Indonesia besar dan kita semua dapat berpartisipasi dalam “membangun jiwa dan badan” bangsa ini dengan cara kita masing-masing.

5 thoughts on “Kisah di Balik Gegap Gempita Vote Komodo for New7Wonders

    • Saya juga memang bukan orang pintar, tapi ya pingin hidup sederhana saja. tinggal sms cuma 1 rupiah aja kok harus pake mikir ini itu, tar si penyelenggara nyari untung. Emang di dunia ini ga ada yg nyari untung?
      jgn lupa vote yang di web ya..

  1. orang kecil dalam sebuah bangsa yang besar says:

    Jangan karena tertantang oleh rasa nasionalisme yang tinggi kita menjadi sangat responsif dan emosional. Apakah dengan berhasilnya komodo terpilih (karena upaya kita mendorongnya lewat SMS) masuk dalam N7W, lalu kita menjadi terhormat dan diperhatikan dunia? Bangsa kita sangat akrab dengan apa yang namanya meng-exploitasi kekayaan alamnya sendiri, tapi sama sekali tidak kreatif dalam hal merawat serta mengembangkan apa yang sudah dikuras dari alam. Pertanyaan intinya adalah, apa sih yang bakal dilihat, atau pengalaman seistimewa apa yang akan diberikan kepada para tamu yang kita undang itu? Apakah cuma melihat komodo menyantap hewan lain yang sudah tidak berdaya sekaligus memamerkan ke-60 bakteri yang bersarang di mulut predator antik itu? lalu menagih bayaran dari mereka? Bagaimana dengan infra strukturnya, perjalanan yang memakan waktu lama dan berbiaya tinggi? Dan bagaimana meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar yang tentunya turut berjasa melestarikan hewan peninggalan pra sejarah itu? Kita masih harus belajar banyak dari bangsa-bangsa lain yang begitu menghormati peninggalan sejarahnya, seperti Cina dengan the Great wall-nya, India dengan Tajmahal-nya, Itali dengan menara Pizza-nya….

    • Benar, menurut saya kita harus belajar dari bangsa lain termasuk berusaha untuk menang di segala medan dan tidak terbiasa menjadi pecundang. Belajar dari bangsa lain yang selalu berusaha berbuat sesuatu untuk bangsanya, belajar dari bangsa lain yang tidak gemar melihat saudara sebangsanya gagal.

Leave a reply to livetraffic Cancel reply